Text
Bandar Sibolga di Pantai Barat Sumatra pada Abad ke-19 sampai Pertengahan Abad ke-20
Dalam kesenian pesisir Teluk Tapian Nauli Sikambang, terselip bait pantun yang mengingatkan bahwa bandar Sibolga didirikan oleh para pekerja yang terdiri dari orang rantai yang sedang menjalani hukuman dari pemerintah Hindia Belanda. Sikambang adalah seni khas daerah pesisir Tepian Nauli yang terdiri dari seni tari yang diiringi dengan nyanyian. Di antara sampiran dan isi pantun tersebut ada bait yang berbunyi sebagai berikut: "Sibolga jolong basusuk; Banda digali orang rantai; Jangan manyasa tuan bisuk; Kami anak dagang sansai" (Sibolga mula-mula memiliki sungai atau bandar buatan; Bandar digali orang rantai; Jangan menyesal tuan besok; Kami anak dagang sansai atau menderita). Isi pantun itu menyatakan penderitaan orang yang sedang merantau, tetapi sampirannya menjelaskan pula bahwa pada mulanya Bandar Sibolga didirikan dengan menggali parit yang dikerjakan oleh para hukuman dalam kondisi terikat dengan rantai.
Selama abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20 Sibolga menjadi bandar dagang yang lebih ramai jika dibandingkan dengan bandar yang ada di pesisir barat Pulau Sumatera. Bandar itu terletak dalam sebuah teluk yang sangat terkenal keindahannya. Berbagai jenis barang kebutuhan untuk kepentingan masa itu tersedia di sana, yang berasal dari sekitar Teluk Tapian Nauli, bandar sepanjang pantai barat, daerah belakang (hinterland), dan bahkan dari Gujarat, India.
22449 | 959.81245 MUH b | Senayan | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Proses Digitalisasi |
Tidak tersedia versi lain