Buku
Sejarah Barito Utara : Tenggelamnya Kapal Onrust Di Lalutung Tuor (26 Desember 1859)
Sejarah kehidupan rakyat Barito Utara dimulai sejak abad II Masehi. Penduduk asli Barito Utara adalah suku Dusun atau Dayak yang berakulturasi dengan Suku Banjar dan Bakumpai. Kehidupan harmoni antara manusia, Tuhan dan alam menjadi terusik seiring dengan hadirnya orang-orang Eropa yang tergiur oleh kekayaan alamnya.
Kepemimpinan tradisional lokal (pembekal, temenggung) yang memiliki otoritas wilayah terpisah dengan Kerajaan Banjar, melakukan perlawanan terhadap tirani penjajahan. Perlawanan terjadi di sepanjang Sungai Barito dengan motivasi mempertahankan harga diri, anti kolonialisme, serta keseimbangan alam.
Dalam buku ini mengupas tentang data dan fakta, bahwa Perang Barito telah dimulai jauh sebelum Perang Banjar tercetus, berbeda dengan yang diketahui selama ini. Perlawanan terhadap penjajah Belanda kemudian dilakukan secara bersama antara rakyat Barito dan bangsawan Kerajaan Banjarseiring gerakan nativisme yang dipimpin Pangeran Antasari serta putranya Sultan Muhammad Seman.
Peristiwa monumental dalam Perang Barito adalah tenggelamnya Kapal Onrust pada 26 Desember 1859, yang membuat Belanda menetapkan tanggal 1 Januari 1860 sebagai hari berkabung nasional. Peristiwa yang lain adalah dijadikannya Muara Teweh sebagai pusat Kerajaan Banjar dalam pengasingan dibawah pimpinan Sultan Muhammad Samen.
16280 | 959.8 JUR s | Senayan | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain