Text
Strategi Pembelajaran Sastra Pada Era Globalisasi
Strategi pembelajaran sastra yang selama ini dilakukan masih dianggap sebagai strategi pembelajaran sastra secara tradisional Siswa hanya menghafalkan nama pengarang, ringkasan isi cerita, konsep-konsep syair, pantun, balada, soneta, gurindam, dan aspek intrinsik sastra. Strategi yang demikian hendaklah perlu ditanggalkan untuk digantikan dengan strategi bimbingan kritik dan apresiasi sastra (BKAS). Strategi BKAS bertujuan melatih siswa agar memiliki daya kepekaan sosial, menghayati dan mengaplikasikan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya sastra sebagai pesan moral, memahami falsafah hidup, dan mampu merasakan keartistikan bahasa yang digunakan sebagai media ekspresi karya sastra. Bimbingan dilakukan tidak hanya sepihak, misalnya hanya siswanya yang kreatif sedangkan gurunya tidak, hendaklah kegiatan apresiasi bersama-sama dilakukan dalam proses belajar-mengajar di kelas.
Salah satu metode strategis BKAS yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan jalur 5-M, yaitu Menyimak, Membaca, Melisankan, Menulis, dan Menjawab semua persoalan. Pelaksanaan jalur 5-M ini memang pada permulaan yang aktif adalah guru, sedangkan tindakan selanjutnya adalah siswa yang harus aktif dan kreatif mengikuti pelajaran apresiasi sastra. Peranan guru dalam melaksanakan metode strategi BKAS dengan melalui jalur 5-M ini sesungguhnya hanya bertindak sebagai perangsang, pendorong, pembimbing, pemotivator, penginspirasi, dan pemfasilitator siswa dalam mencapai keberhasilan pembelajaran sastra. Sudah barang tentu untuk bertindak seperti itu diperlukan seorang guru sastra idaman, yakni seorang guru sastra yang menguasai materi pelajaran, bertindak adil dan bijaksana, berwawasan yang luas, berlaku sabar, dan penuh kasih sayang membimbing siswanya belajar mandiri sehingga betul-betul tercapai tujuan pembelajaran sastra di sekolah.
22510 | 899.22107 PUJ s | Senayan | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain