Text
Inventarisasi Karya Budaya Tari Gawi di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur
Tari Gawi merupakan kekayaan nenek moyang suku Lio Ende yang mengungkapkan rasa syukur atas kemenangan dalam peperangan perebutan wilayah kekuasaan. Seiring dengan perjalanan waktu perang antarsuku sudah hilang, saat ini tari Gawi mengalami perkembangan dan biasanya dipertunjukkan pada saat upacara adat Joka Ju atau Tolak Bala. Bahkan untuk upacara pernikahan dan syukuran. Sebelum dimulainya tarian Gawi diawali diawali dengan Tarian Woge dan disertai dengan Bhea (sapaan adat oleh mosalaki atau pemuka adat sebagai panglima perang). Sarana yang digunakan oleh penari Woge adalah Sau (Klewang) dan Mbaku (perisai/tameng). Setelah tarian Woge selesai barulah dilanjutkan pementasan Tarian Gawi.
Tarian Gawi dipentaskan dalam bentuk lingkaran, sebagai pertanda persatuan, kebersamaan dan kekompakan dari seluruh anggota masyarakat adat setempat. Dalam formasinya para penari Gawi terutama penari laki-laki harus berada di tengah lingkaran sedangkan penari perempuan mengambil formasi di luar lingkaran. Formasi seperti ini mempunyai arti memberikan penghargaan atau penghormatan kepada kaum laki-laki untuk meramaikan suasana pertunjukan Tari Gawi tersebut. Sebelum Tari Gawi dimulai biasanya diadakan pemukulan gong sebagai pertanda bahwa di tempat tersebut akan dipentaskan Tari Gawi.
Tari Gawi memiliki fungsi, antara lain Fungsi Ritual/Religi, Fungsi Pendidikan, Fungsi Hiburan, Fungsi Moral dan memiliki makna sebagai Ungkapan Rasa Syukur, Makna Kebersamaan/Solidaritas, Makna Pelestarian, dan Makna Estetis.
22426 | 793.31959833 IPU i | Senayan | Tersedia |
22461 | 793.31959833 IPU i | Senayan | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain